Melalui perintah sang ayah, Al-Walid bin Abdul Malik membangun sebuah kubah di atas batu besar, di tengah-tengah halaman depan Masjid Al-Aqsha Al-Mubarak. Untuk membangunnya , Al-Walid memanggil tukang bangunan dan arsitek paling mumouni . pembangunannya memakana waktu sekitar 4 tahun , dan selesai pada tahun 72 Hijriah . Orang-orang mengenal kubah ini sebagai Masjid Qubbah AS-Shakhrah ( Kubab Batu / Dome of the Rock ).
Spesifikasi Qubbat ASh-Shakhrah
Bangunan Masjid Qubbat ASh-Shakhrah memiliki panjang sekitar 18 meter , mempunyai lebar sekitar 13 meter, dan tingginya sekitar 1 meter dengan bentuk tidak beraturan . Dari arah barat , sisi nampak lebih tinggi , dan dari arah timur sisinya terlihat lebih rendah. Dibawah kubah terdapat gua besar yang bisa dimasuki dari sisi selatan.
Kedudukan Masjid Qubbat Ash-Shakhrah dalam Islam
Keunikan Masjid Dome of Rock dalam Islam Qubbah Ash-Shakhrah merupakan bagian tak terpisahkan dari Masjid Al-Aqsha Al-Mubarak . Ia menjadi kiblat bagi kaum Yahudi yang sangat mengagungkannya, bertentangan dengan Nasrani yang sangat melecehkan dan menistakannya.
Sementara sikap Islam berada di tengah-tengah antara sikap kaum Yahudi dan Nasrani. Ini mengingat, Qubbah Ash-Shakhrah adalah bagian dari Masjid Al-Aqsha Al-Mubarak . Qubbah ASh-Shakhrah merupakan kiblat pertama kaum muslimim, yang setelah ketetapan kiblat itu dihapus (nasakh ), ia tidak lagi memiliki keutamaan apa pun selain merupakan bagian dari halaman Masjid Al-Aqsha yang di berkahi dan dimuliakan oleh Allah Swt.
Tidak ada dalil khusus secara definitif menerangkan bahwa Qubbah Ash-Shakhrah merupakan tempat mi'raj Rasulullah ke langit, sebagaimana yang dikenal masyarakat. Pun demikian , hadits khusus yang menerangkan kemuliaan dan keutamaan Qubbah As-Shakhrah bukanlah hadits shahih.
Ibnu Qayyim menerangkan , " Seluruh hadits yang menjelaskan tentang Qubbah As-Shakhrah adalah hadits bohong atau dusta. "
Ibnu Taimiyah menjelaskan, ' Pada awalahnya ia adalah kiblat , kemudian dihapus ketetapannya. Ia merupakan kiblat kaum Yahudi. Di dalam syariat kita tidak terdapat keterangan yang mengkhususkannya dengan suatu hukum . Sebagaimana di dalam syariat kita tidak ada keterangan yang mengistimewakan hari Sabtu . Mengkhususkannya dengan sebuah pengagungan adalah menyerupai kaum Yahudi ."
Karena itu , ketika menginjakkan kaki di Baitul Maqdis, Umar bin Al-Khaththab As tidak memberikan pengagungan seperti yang dilakukan kaum Yahudi. Namun dia hanya menghilangkan sampah-sampah dan kotoran-kotoran yang dilekatkan oleh kaum Nasrani.
Saat itu , Umrar bertanya kepada Ka'ab bin Al-Ahbar -salah seorang rahib Yahudi sebelum memeluk Islam -," Menurutmu , dimanakah aku harus sholat ? "
"Jika engkau menuruti pendapatku, maka sholatlah dibelakang Ash-Shakhrah , dengan begitu seluruh Al-Quds berada di depanmu," jawab Ka'ab.
Umar menimpali ," Jika demikian, engkau meniru orang-orang Yahudi . Tidak , aku akan sholat di tempat Rasulullah SAW sholat.
Maka Umar segera maju dan menghadap kiblat, lalu mengerjakan sholat. Setelah itu dia bangkit dan membentangkan selendangnya, kemudian mulai menyapu dengannya , hingga akhirnya orang-orang pun turut menyapu mengikutinya.
Mitos seputar Ash-Shakhrah
Penulis kitab Al-Uns Al-Jalil fi Tarikh Al-Quds wa Al-Khalil, Mujirudin Al-Hambali, menyebutkan kisah populer di kalangan masyarakat bahwa posisi Ash-Shakhrah tergantung di antara langit dan bumi , serta tidak menempel ke segenap sisi bumi. yang menopangnya adalah Dzat yang menopang langit. Ia menempel ke bumi hanya melalui izin-Nya. Setelah melansir mitos tersebut, dia menyebut bahwa pendapat tersebut sangatlah aneh . Karena Ash-Shakhrah sejatinya menepel ke bumi dari segala sisinya. Realita pun membuktikan hal itu.
0 komentar... Baca dulu, baru komentar
Posting Komentar
Terima kasih atas kiriman komentarnya
Tim Sentosa Wisata akan segera menjawab
-Fast Response by WA 087889375533, 081297806480, 085692001204, 08990830702